Senin, 19 Maret 2012

my trip go to Japan (Part 1)





What:

Menjadi peserta program pertukaran pelajar ke Jepang Short Program JENESYS (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths). Program persahabatan yang digelar sebagai wujud apresiasi terhadap kedamaian antar negara-negara di dunia dengan cara saling mengenal kebudayaan masing-masing negara. Program ini dinaungi oleh AFS dunia yang juga mempunyai program-program lain setingkat JENESYS, misalnya YES ataupun program AFS itu sendiri. Peserta Jenesys hingga tahun ini mencakup 13 negara antara lain Indonesia, Malaysia, Philipina, Brunei Darussalam, Singapura, Vietnam, Laos, Kamboja, Myanmar, Thailand, Australia, New Zealand, dan Jepang. Sedangkan untuk tingkat Indonesia sendiri diikuti oleh berbagai pelajar yang berusia 16-18 tahun yang berasal dari beberapa kota. Kota-kota yang biasanya mempunyai kantor wilayah AFS tingkat daerah misalnya Medan, Lampung, Palembang, Banjarmasin, Makassar, Karawang, Bekasi, Jakarta, Bandung, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Surabaya. Tahun ini merupakan program JENESYS yang terakhir, karena kontrak kegiatan ini berakhir di tahun 2011. Namun tidak menutup kemungkinan tahun depan akan tetap diadakan program serupa tetapi dengan nama berbeda.

Tahun ini program JENESYS diikuti oleh 56 pelajar dan 5 guru. Program ini bersifat beasiswa, sehingga tidak memerlukan biaya untuk akomodasi serta transportasi selama program. Tentunya dengan mengikuti program ini banyak pengalaman yang saya dapatkan. Dari mulai hal terkecil hingga hal-hal yang kadang tak terpikirkan sebelumnya.

When:

Program Jenesys berlangsung antara 5 Desember 2011-18 Desember 2011

Where:

Untuk negara tujuan adalah negeri sakura, Jepang. Sedangkan selama homestay kebetulan tiap-tiap peserta tidak sama lokasinya. Di Jepang sendiri terdapat sekitar 42 perfecture (sperti provinsi namun dalam lingkup kecil). Saya ditempatkan di kota Takarazuka, (dekatnya Osaka yang merupakan kota terbesar kedua di Jepang setelah Tokyo), Perfecture Hyogo.

Why:

Menjadi salah satu peserta pertukaran pelajar ini bukanlah hal yang sederhana. Sebelumnya dua tahun yang lalu saya meng-apply beasiswa ini ketika duduk di kelas X. Kemudian tahap-tahap berikutnya ketika saya duduk di kelas XI. Mulai dari tahap pertana tingkat karisidenan, kemudian tingkat chapter pada seleksi tahap kedua, dan seleksi nasional pada tahap ke tiga. Banyak persiapan yang dilakukan sebelum keberangkatan mulai dari tes kesehatan, pengisian form visa, hingga persiapan untuk talent show.

How:

Banyak hal yang saya alami di sana, tentunya sebagai pengalaman pertama dan tak kan terlupa. Sebelum keberangkatan terdapat orientasi selama tiga hari di Jakarta, yang gunanya sebagai persiapan awal sebelum sampai ke negara tujuan. Saya mendapat banyak teman dari berbagai kota di Indonesia yang kesemuanya itu dapat menambah wawasan kita tentang banyak hal seperti pendidikan, hobby, cita-cita, film, music, dll. Sebelum hari keberangkatan seluruh peserta berkesempatan untuk tampil di acara farewell party (pesta perpisahan). Tiap-tiap peserta memakai kostum daerah masing-masing, dan menampilkan ragam budaya kesenian seperti tari, menyanyi, bermain musik.

Sesampai di Jepang yang kebetulan sedang musim dingin, suhu udara sangat menusuk tulang. Namun kedinginan itu segera terhapuskan seiring perjalanan menuju Taman Nara. Taman tersebut seperti taman nasional yang mempunyai beberapa bangunan kuil kuno dengan arsitektur khas Jepang. Dan yang tak kalah menarik disitu banyak rusa yang berkeliaran namun cukup jinak. Hari kedua adalah perjalanan menuju Kyoto yaitu salah satu kota yang menjadi pusat kebudayaan Jepang, banyak situs-situs sejarah yang menjadi koleksi situs warisan dunia oleh UNESCO misalnya kuil Kinkakuji yang berarti kuil emas (Golden Paviliun). Selain situs sejarah banyak toko souvenir yang menawarkan banyak kenag-kenangan khas kota tersebut. Hari ketiga menuju kota perdamaian yaitu Hiroshima. Kota yang pernah dibom nuklir oleh Amerika Serikat pada tanggal 6 Agustus 1945 ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya. Pengunjungnya tak hanya dari kota-kota tertentu, bahkan dari berbagai penjuru dunia. DI Hiroshima memiliki kelengkapan informasi seputar bom atom pertama yang dijatuhkan di Jepang. Mulai dari monument anak, monument perdamaian, museum Hiroshima, hingga koleksi bukti-bukti yang menjadi saksi bisu peristiwa maha dahsyat itu. DI dalam museum Hiroshima tak jarang terlihat barang-barang masyarakat yang terkena bom masih tersimpan dengan rapid nan apik. Misalnya pakaian masyarakat, sandal japit, sepeda, batu bata salah satu bangunan yang rubuh, foto-foto, dll.

Setelah beberapa kunjungan ke kota-kota tiba saatnya untuk homestay selama kurang lebih satu minggu di keluarga angkat di Jepang. Saya memperoleh keluarga angkat di Hyogo, kota Takarazuka. Sangat senang rasanya mendapat keluarga yang sangat baik. Namun kendala bahasa kadang menjadikan komunikasi tak lancer. Kedua adik angkat saya masih berumur 6 tahun dan 4 tahun, hamper tiap hari saya diajaknya bermain bersama, walau kadang saya tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Namun untuk kegiatan sehari-harinya tak terlalu merepotkan, saya masih bisa membantu ibu angkat untuk membersihkan rumah, ataupun sekedar membeli barang di supermarket. Untuk masalah makan saya cukup terjaga, karena sebelum datang saya sudah diberi angket mengenai apa-apa yang bisa saya makan ataupun tidak. Untuk urusan sekolah biasanya saya pergi sendiri dengan menumpang bis umum bersama rekan satu kelompok kota. Di SMA Takarazuka saya berkesempatan untuk mengikuti pembelajaran selama dua hari. Sangat berbeda rasanya dengan pendidikan di Indonesia karena untuk wakt belajar dimulai jam 08.45 hingga jam 14.00, dan mereka tak pernah menggunakan sepatu di dalam kelas, namun harus memakai sandal yang telah dipersiapkan. Hal ini demi menjaga kebersihan. Di Jepang sebagai negara maju kebersihan selalu diterapkan serta kedisiplinan. Seluruh masyarakat hampir sudah mengerti semua menganai bagaimana mendaur ulang sampah (reuse, reduce, dan recycle). Untuk tempat sampah di Jepang dibedakan menjadi enam jenis seperti plastic, kertas, botol, kaleng, organic, dan sampah lain. Untuk itu tidak heran di Jepang jarang melihat sampah bertebaran. Dan sungai-sungainya masih jernih walau di tengah kota. Oleh karena itu mari kita jaga kebersihan di kota kita, dan jadikan semua bersih dan rapi.

Wow:

Pengalaman yang paling menarik adalah saat suatu hari selama homestay ternyata adik angkat saya yang bernama Kotaro berulang tahun ke tujuh. Keluarganya merayakan ulang tahun di rumah dengan memakan roti bersama. Suatu kehangatan dalam keluarga yang terasa walau dengan hal sederhana


0 komentar:

Posting Komentar

my signature

Liputan6 - Aktual Tajam dan Terpercaya: RSS 0.92

bbc

national geographic

discovery channels

top people

twilight

comment comment please...

youtube

Download youtube Video

calculator